Jumat, 26 Agustus 2011

KTI KEBIDANAN : Hubungan Tingkat Pengetahuan Akseptor KB Suntik Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) Tentang Efek Samping KB Suntik DMPA Terhadap P

LEBIH LENGKAP HUB SEGERA Hp. 081225300100

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia 2002 – 2003, angka kematian ibu (AKI) di Indonesia adalah 307 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan angka kematian bayi (AKB) tercatat 35 per 1000 kelahiran hidup.

Berdasasarkan hasil Survey Kesehatan Daerah Provinsi Jawa Tengah tahun 2005, Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 252 per 100.000 kelahiran hidup, Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 23,71 per 1000 kelahiran hidup (Dinkes Jateng,2005)

Paradigma baru program Keluarga Berencana nasional di ubah visinya dari mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) menjadi mewujudkan Keluarga Berkualitas tahun 2015. untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi World Healt Organitation (WHO) merumuskan “Four pillars of safe motherhood” yang terdiri atas Keluarga Berencana, asuhan antenatal care, persalinan yang bersih dan aman, pelayanan obsrvasi esensial (wiknjosatro, 2002:902)

Progam Keluarga Berencana mempunyai kontribusi penting dalam meningkatkan. upaya pemerintah untuk menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi adalah dengan memasyarakatkan progam Keluarga Berencana yang memastikan bahwa setiap orang atau pasangan mempunyai akses informasi dan pelayanan Keluarga Berencana agar dapat mengetahui waktu yang tepat untuk kehamilan, jarak kehamilan dan jumlah anak (Syaiffudin,20003:U-6)

Tujuan utama progam Keluarga Berencana (KB) Nasional adalah untuk memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB dan Kesehatan Reproduksi yang berkualitas, menurunkan tingkat / angka kematian ibu bayi dan anak , serta penanggulangan masalah kesehatan Reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil berkualitas.

(Arum, 2009: 28-29)

Salah satu masalah dalam pelayanan KB di Indonesia ialah rendahnya kualitas pelayanan terhadap pengunaan kontrasepsi . Hal ini di tandai dengan masih tingginya angka – angka efek samping , komplikasi dan kegagalan penggunaan obat dan alat kontrasepsi . Pelayanan yang berkualitas harus mencakup pemberian pelayanan yang dapat melindungi klien dari resiko efek samping dan komplikasi serta meminimalkan kemungkinan terjadinya kegagalan pemakaian kontrasepsi (kehamilan). ( BKKBN, 2002)

Pemilihan alat kontrasepsi yang tepat bagi akseptor bukanlah hal yang mudah, karena akseptor harus mempertimbangkan efek samping dari penggunaan alat kontrasepsi tersebut. Pemberian informasi yang benar dan tepat sangat dibutuhkan oleh akseptor KB supaya mereka yakin dan mantap dengan pilihannya. Dalam memberikan informasi tentang pelayanan keluarga berencana, masyarakat yang bekerja sama dengan tenaga kesehatan setempat berupaya memberikan informasi segala hal yang benar tentang alat kontrasepsi karena hal tersebut akan mempengaruhi pengetahuan dan kepuasan pasien setelah memakai alat kontrasepsi yang dipilih.

Berdasarkan data yang diambil dari Badan Koordinasi Keluaraga Berencana Nasional (BKKBN) propinsi Jawa Tengah Tahun 2006 prosentase akseptor KB sebanyak 4.960.687 akseptor, yang terdiri dari KB baru sebanyak 161.211 (3.3%) dan KB aktif sebanyak 4.799.476 (96,7%) akseptor. Adapun metode yang dipakai oleh akseptor KB suntik 876.141 (18,24%) akseptor KB Pil 524.703 (10.92%) akseptor implant 490.192 (10,20%), akseptor alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) 293.535 (6,11%) akseptor Medis Operasi Wanita (MOW) 70.456 (1.47%) akseptor Medis Operasi Pria (MOP) 44.286 (1,02%)(musringah: 2007)

Berdasarkan data diatas terlihat bahwa salah satu jenis kontrasepsi efektif yang menjadi pilihan kaum ibu adalah KB suntik Depo Medroksi Progesteron Asetat DMPA. Kontrasepsi Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) merupakan kontrasepsi suntik yang hanya berisi hormon progesterone, tidak mengandung estrogen. Diberikan sekali setiap 3 bulan dengan dosis 150 mg. dalam 3 cc larutan air dengan cara disuntikan Intramuskular (IM). Cara ini mulai disukai masyarakat setengah juta pasangan memakai kontrasepsi suntikan untuk mencegah kehamilan ( Hartanto,2003:163).

Namun demikian KB suntik DMPA juga mempunyai banyak efek samping seperti tidak mengalami haid (amenorhe), perdarahan berupa tetesan / bercak-bercak (spotting), perdarahan di luar siklus haid (metroragia / breakthrough bleeding), perdarahan haid yang lebih lama dan atau lebih banyak dari ada biasanya (metroragia), pusing, mual, perubahan berat badan, kandungan kering, harus kembali suntik tiap 3 bulan. Hal ini disebabkan karena adanya ketidak seimbangan hormon sehingga endometrium mengalami perubahan histology, keadaan amenorea disebabkan atrofi endometrium. (Saiffudin 2006: MK-42)





Oleh karena cukup banyaknya efek samping yang ditimbulkan karena KB suntik DMPA, maka akseptor KB harus mengetahui lebih dini efek samping DMPA. Dengan pengetahuan yang cukup maka ibu tidak akan khawatir bila efek samping tersebut dialami oleh pengguna kontrasepsi DMPA.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di BPS Ny.R Grobogan, data akseptor KB pada periode bulan Januari – Desember 2010 sebanyak 506 akseptor. Adapun metode yang dipakai oleh akseptor Suntik DMPA 237 orang (46,83%), cyclofem 173 orang (34,18%); pil 55 orang (10,86%), kondom 14 orang (2,76%), IUD 8 orang (1,58%), implant 20 orang (3,95%). Dengan melihat data tersebut, terlihat jelas bahwa akseptor KB suntik, terutama KB suntik DMPA paling banyak dibandingkan dengan jumlah akseptor KB yang lain.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada bulan Januari 2011 terhadap 10 akseptor KB suntik DMPA di BPS Ny.R Grobogan 7 (70%) akseptor KB suntik DMPA tidak mengetahui efek samping dari KB suntik DMPA dan 3 akseptor KB (30%) menyatakan mengetahui efek samping KB suntik DMPA. Hal ini mungkin dikarenakan KIE yang kurang maximal yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang bersangkutan, hal ini di akui oleh para akseptor karena mereka mengaku menggunakan KB suntik DMPA kebanyakan beralasan mendapat informasi dari orang disekitarnya yang telah menggunakan KB suntik DMPA, murah dan efesiennya KB ini karena bisa dilakukan 3 bulan sekali dengan cara yang mudah hanya dengan di suntik.

Namun dari wawancara ini pula didapatkan hasil bahwa masih banyak akseptor yang menggunakan KB suntik DMPA walaupun sebagian besar dari akseptor mengaku tidak mengetahui apa sebenarnya efek samping dari KB suntik DMPA itu sendiri.

Berdasarkan data diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ” Hubungan Tingkat Pengetahuan Akseptor KB Suntik Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) Tentang Efek Samping KB Suntik DMPA Terhadap Pemilihan Alat Kontrasepsi Lanjutan Di BPS Ny. R Grobogan Tahun 2011”

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, sehingga peneliti merumuskan permasalahan “ Apakah Ada Hubungan Tingkat Pengetahuan Akseptor KB Suntik Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) Tentang Efek Samping KB Suntik DMPA Terhadap Pemilihan Alat Kontrasepsi Lanjutan Di BPS Ny. R Grobogan Tahun 2011?”



Tujuan Penelitian

Tujuan umum

Untuk mengetahui Hubungan Tingkat Pengetahuan Akseptor KB Suntik Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) Tentang Efek Samping KB Suntik DMPA Terhadap Pemilihan Alat Kontrasepsi Lanjutan Di BPS Ny. R Grobogan Tahun 2011







Tujuan Khusus

Untuk mengetahui karateristik akseptor KB suntik DMPA berdasarkan tingkat pendidikan, pritas, umur, dan tingkat ekonomi (pendapatan keluarga) di BPS Ny.R Grobogan tahun 2011.

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan akseptor KB suntik DMPA mengenai efek samping KB suntik DMPA di BPS Ny.R Grobogan tahun 2011

Untuk mengetahui kemauan akseptor KB suntik DMPA dalam memilih alat kontrasepsi lanjutan di BPS Ny.R Grobogan tahun 2011

Untuk menganalisa Hubungan Tingkat Pengetahuan Akseptor KB Suntik Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA) Tentang Efek Samping KB Suntik DMPA Terhadap Pemilihan Alat Kontrasepsi Lanjutan Di BPS Ny. R Grobogan Tahun 2011

Manfaat Penelitian

Bagi Peneliti

Mengaplikasikan teori yang diperoleh yaitu dengan mengidentifikasi dan menganalisa suatu permasalahan dilapangan serta memperluas penelitian tentang hal – hal yang berkaitan dengan alat kontasepsi khususnnya tentang KB suntik DMPA.

Bagi Intitusi Kesehatan

Hasil penelitian dapat memberikan informasi mengenai pengetahuan ibu tentang KB suntik DMPA dan pemilihan alat kontrasepsi lanjutan.

Bagi Pembaca

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi bagi penelitian program KB suntik DMPA selanjutnya, khususnya dalam bidang ilmu maternitas.

Bagi Akseptor KB suntik DMPA

Menambah pengetahuan dan pemahaman tentang penggunaan dan efek samping yang terjadi setelah penggunaan KB suntik DMPA.

Bagi Masyarakat

Menambah pengetahuan dan kesadaran masyarakat untuk melaksanakan program

KB.



































Keaslian Penelitian



No Nama, Tahun, Judul Variabel Sasaran Jenis penelitian Hasil

1. Elisabet Alyanti (2008)



Faktor – faktor yang Mempengaruhi Akseptor KB dalam Memilih Kontrasepsi Suntik di Polindes Annisa Singosari Kecamatan Mojosongo Boyolali”

















Independent:

Faktor – faktor yang mempengaruhi akseptor KB dalam memilih kontrasepsi suntik anatara lain pengetahuan, pendidikan, ekonomi dan sosial budaya



Dependent:

Pemilihan kontrasepsi suntik Populasi:

Semua akseptor KB suntik di Polindes Annisa Singosari Kecamatan Mojosongo Boyolali”



Sampel:

Tehnik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Simple Random Sampling



Dengan pendekatan cross sectional dan metode penelitian yang dipakai adalah survey analitik Dari penelitian ini didapatkan hasil adanya pengaruh antara pengetahuan, pendidikan, ekonomi, dan sosial budaya yang dimiliki oleh ibu dalam memilih kontrasepsi suntik.

















2. Sulisih

(2010)



Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Akseptor KB dan Pendapatan Keluarga Ibu dengan Pengambilan Keputusan KB Suntik di Desa Cepogo Kecamatan Kembang Kabupaten Jepara Independent:

Tingkat pengetahuan akseptor KB dan Pendapatan KeluargaIbu



Dependent:

Pengambilan Keputusan KB Suntik Populasi:

Seluruh akseptor KB di Cepogo Kec. Kembamg Kab. Jepara tahun pada bulan Desember 2009



Sampel:

Pengambilan sampel dengan cara Simple Random Sampel karena respondennya homogen Jenis penelitian Diskriftif analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional Dari Penelitian ini didapatkan hasil Ada Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Akseptor KB dan Pendapatan Keluarga Ibu dengan Pengambilan Keputusan KB Suntik di Desa Cepogo Kecamatan Kembang Kabupaten Jepara



Kelebihan : Dari penelitian yang saya lakukan penelitian yang sudah dituliskan diatas mempunyai beberapa kelebihan seperti sampel yang digunakan lebih beragam yaitu dari semua akseptor suntik tidak hanya KB suntik DMPA, dan yang diteliti tidak hanya mencari hubungan dari 2 variabel tapi dari beberapa variabel juga ikut diteliti.

























BAB II

TINJAUAN PUSTAKA



Telaah Pustaka

Tingkat Pengetahuan

Definisi pengetahuan

Pengetahuan biasa atau dalam filsafat dikatakan dengan istilah “ common sense “, dan sering di artikan dengan “good sense”. Karena seseorang memiliki sesuatu dimana ia menerimanya dengan baik. Semua orang menyebutnya sesuatu itu merah karena memang itu merah, benda panas karena memang dirasakan panas, dan sebagainya. Dengan comon sense, semua orang sampai pada keyakinan secara umum tentang sesuatu, di mana mereka akan berpendapat sama semuanya. Common sense diperoleh dari pengalaman sehari – hari, seperti air dapat untuk menyiram bunga dan lain - lain. ( Salam 2004:6)

Sedangkan menurut Notoadmodjo (2003:121) Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Tingkat Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif

Pengetahuan yang tercakup dalam dominan kognitif mempunyai 6 tingkatan:

Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Oleh karena itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguruaikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. Contoh: dapat menyebutkan tanda – tanda kekurangan kalori dan protein pada anak balita.

Memahami (comperhension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

Aplikasi (aplication)

Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang real (sebenarnya). Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip – prisip siklus pemecahan masalah (problem solving cyclel) di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.

Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen – komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian – bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaiakan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan – rumusan yang telah ada.

Evaluasi (evaluation)

0 komentar:

Posting Komentar

 

Download Templates