Selasa, 21 Februari 2012

Health News : 5 Imunisasi yang Wajib Untuk Bayi


Inilah 5 jenis imunisasi yang wajib diperoleh bayi sebelumusia setahun. Penyakit-penyakit yang hendak ditangkalnya memiliki angkakesakitan dan kematian yang tinggi, selain bisa menimbulkan kecacatan.
1. IMUNISASI BCG
Ketahanan terhadap penyakit TB (Tuberkulosis) berkaitan dengan keberadaan virustubercle bacili yang hidup di dalam darah. Itulah mengapa, agar memilikikekebalan aktif, dimasukkanlah jenis basil tak berbahaya ini ke dalam tubuh,alias vaksinasi BCG (Bacillus Calmette-Guerin).

Seperti diketahui, Indonesia termasuk negara endemis TB(penyakit TB terus-menerus ada sepanjang tahun) dan merupakan salah satu negaradengan penderita TB tertinggi di dunia. TB disebabkan kuman Mycrobacteriumtuberculosis, dan mudah sekali menular melalui droplet, yaitu butiran air diudara yang terbawa keluar saat penderita batuk, bernapas ataupun bersin.Gejalanya antara lain: berat badan anak susah bertambah, sulit makan, mudahsakit, batuk berulang, demam dan berkeringat di malam hari, juga diarepersisten. Masa inkubasi TB rata-rata berlangsung antara 8-12 minggu.



Untuk mendiagnosis anak terkena TB atau tidak, perlu dilakukan tes rontgenuntuk mengetahui adanya vlek, tes Mantoux untuk mendeteksi peningkatan kadarsel darah putih, dan tes darah untuk mengetahui ada-tidak gangguan laju endapdarah. Bahkan, dokter pun perlu melakukan wawancara untuk mengetahui, apakah sikecil pernah atau tidak, berkontak dengan penderita TB.

Jika anak positif terkena TB, dokter akan memberikan obatantibiotik khusus TB yang harus diminum dalam jangka panjang, minimal 6 bulan.Lama pengobatan tak bisa diperpendek karena bakteri TB tergolong sulit mati dansebagian ada yang “tidur”. Karenanya, mencegah lebih baik daripada mengobati.Selain menghindari anak berkontak dengan penderita TB, juga meningkatkan dayatahan tubuhnya yang salah satunya melalui pemberian imunisasi BCG.
* Jumlah Pemberian:
Cukup 1 kali saja, tak perlu diulang (booster). Sebab, vaksin BCG berisi kumanhidup sehingga antibodi yang dihasilkannya tinggi terus. Berbeda dengan vaksinberisi kuman mati, hingga memerlukan pengulangan.

* Usia Pemberian:
Di bawah 2 bulan. Jika baru diberikan setelah usia 2 bulan, disarankan tesMantoux (tuberkulin) dahulu untuk mengetahui apakah si bayi sudah kemasukankuman Mycobacterium tuberculosis atau belum. Vaksinasi dilakukan bila hasiltesnya negatif. Jika ada penderita TB yang tinggal serumah atau seringbertandang ke rumah, segera setelah lahir si kecil diimunisasi BCG

* Lokasi Penyuntikan:
Lengan kanan atas, sesuai anjuran WHO. Meski ada juga petugas medis yangmelakukan penyuntikan di paha.

* Efek Samping:
Umumnya tidak ada. Namun pada beberapa anak timbul pembengkakan kelenjar getahbening di ketiak atau leher bagian bawah (atau di selangkangan bila penyuntikandilakukan di paha). Biasanya akan sembuh sendiri.

* Tanda Keberhasilan:
Muncul bisul kecil dan bernanah di daerah bekas suntikan setelah 4-6 minggu.Tidak menimbulkan nyeri dan tak diiringi panas. Bisul akan sembuh sendiri danmeninggalkan luka parut.

Jikapun bisul tak muncul, tak usah cemas. Bisa sajadikarenakan cara penyuntikan yang salah, mengingat cara menyuntikkannya perlukeahlian khusus karena vaksin harus masuk ke dalam kulit. Apalagi biladilakukan di paha, proses menyuntikkannya lebih sulit karena lapisan lemak dibawah kulit paha umumnya lebih tebal.
Jadi, meski bisul tak muncul, antibodi tetap terbentuk,hanya saja dalam kadar rendah. Imunisasi pun tak perlu diulang, karena didaerah endemis TB, infeksi alamiah akan selalu ada. Dengan kata lain, anak akanmendapat vaksinasi alamiah.
* Indikasi Kontra:
Tak dapat diberikan pada anak yang berpenyakit TB atau menunjukkan Mantouxpositif.

2. Imunisasi Hepatitis B
Lebih dari 100 negara memasukkan vaksinasi ini dalam program nasionalnya. ApalagiIndonesia yang termasuk negara endemis tinggi penyakit hepatitis. Jikamenyerang anak, penyakit yang disebabkan virus ini sulit disembuhkan. Bilasejak lahir telah terinfeksi virus hepatitis B (VHB), dapat menyebabkankelainan-kelainan yang dibawanya terus hingga dewasa. Sangat mungkin terjadisirosis atau pengerutan hati (kerusakan sel hati yang berat). Bahkan yang lebihburuk bisa mengakibatkan kanker hati.

Banyak jalan masuknya VHB ke tubuh si kecil. Yang potensialmelalui jalan lahir. Bisa sejak dalam kandungan sudah tertular dari ibu yangmengidap hepatitis B atau saat proses kelahiran. Cara lain melalui kontakdengan darah penderita, semisal transfusi darah.
Bisa juga melalui alat-alat medis yang sebelumnya telahterkontaminasi darah dari penderita hepatitis B, seperti jarum suntik yangtidak steril atau peralatan yang ada di klinik gigi. Bahkan juga lewat sikatgigi atau sisir rambut yang digunakan antaranggota keluarga.
Malangnya, tak ada gejala khas yang tampak secara kasat mata. Bahkan oleh doktersekalipun. Fungsi hati kadang tak terganggu meski sudah mengalami sirosis.

Tidak cuma itu. Anak juga terlihat sehat, nafsu makannyabaik, berat tubuhnya pun naik dengan bagus pula. Penyakitnya baru ketahuansetelah dilakukan pemeriksaan darah. Gejala baru tampak begitu hati sipenderita tak mampu lagi mempertahankan metabolisme tubuhnya.
Upaya pencegahan adalah langkah terbaik. Jika ada salah satuanggota keluarga dicurigai kena VHB, biasanya dilakukan screening terhadapanak-anaknya untuk mengetahui apakah membawa virus atau tidak. Pemeriksaanharus dilakukan kendati anak tak menunjukkan gejala sakit apa pun. Selain itu,imunisasi merupakan langkah efektif untuk mencegah masuknya VHB.
* Jumlah Pemberian:
Sebanyak 3 kali, dengan interval 1 bulan antara suntikan pertama dan kedua,kemudian 5 bulan antara suntikan kedua dan ketiga.

* Usia Pemberian:
Sekurang-kurangnya 12 jam setelah lahir. Dengan syarat, kondisi bayi stabil,tak ada gangguan pada paru-paru dan jantung. Dilanjutkan pada usia 1 bulan, danusia antara 3-6 bulan. Khusus bayi yang lahir dari ibu pengidap VHB, selainimunisasi yang dilakukan kurang dari 12 jam setelah lahir, juga diberikanimunisasi tambahan dengan imunoglobulin antihepatitis B dalam waktu sebelumberusia 24 jam.

* Lokasi Penyuntikan:
Pada anak di lengan dengan cara intramuskuler. Sedangkan pada bayi di pahalewat anterolateral (antero = otot-otot di bagian depan; lateral = otot bagianluar). Penyuntikan di bokong tak dianjurkan karena bisa mengurangi efektivitasvaksin.

* Efek Samping:
Umumnya tak terjadi. Jikapun ada (kasusnya sangat jarang), berupa keluhan nyeripada bekas suntikan, yang disusul demam ringan dan pembengkakan. Namun reaksiini akan menghilang dalam waktu dua hari.

* Tanda Keberhasilan:
Tak ada tanda klinis yang dapat dijadikan patokan. Namun dapat dilakukanpengukuran keberhasilan melalui pemeriksaan darah dengan mengecek kadarhepatitis B-nya setelah anak berusia setahun. Bila kadarnya di atas 1000,berarti daya tahannya 8 tahun; di atas 500, tahan 5 tahun; di atas 200, tahan 3tahun. Tetapi kalau angkanya cuma 100, maka dalam setahun akan hilang.Sementara bila angkanya nol berarti si bayi harus disuntik ulang 3 kali lagi.

* Tingkat Kekebalan:
Cukup tinggi, antara 94-96%. Umumnya, setelah 3 kali suntikan, lebih dari 95%bayi mengalami respons imun yang cukup.

* Indikasi Kontra:
Tak dapat diberikan pada anak yang menderita sakit berat.

3. Imunisasi Polio
Belum ada pengobatan efektif untuk membasmi polio. Penyakit yang dapatmenyebabkan kelumpuhan ini, disebabkan virus poliomyelitis yang sangat menular.Penularannya bisa lewat makanan/minuman yang tercemar virus polio.

Bisa juga lewat percikan ludah/air liur penderita polio yangmasuk ke mulut orang sehat.
Virus polio berkembang biak dalam tenggorokan dan saluran pencernaan atau usus,lalu masuk ke aliran darah dan akhirnya ke sumsum tulang belakang hingga bisamenyebabkan kelumpuhan otot tangan dan kaki. Bila mengenai otot pernapasan,penderita akan kesulitan bernapas dan bisa meninggal.

Masa inkubasi virus antara 6-10 hari. Setelah demam 2-5hari, umumnya akan mengalami kelumpuhan mendadak pada salah satu anggota gerak.Namun tak semua orang yang terkena virus polio akan mengalami kelumpuhan,tergantung keganasan virus polio yang menyerang dan daya tahan tubuh si anak.Nah, imunisasi polio akan memberikan kekebalan terhadap serangan virus polio.
* Jumlah Pemberian:
Bisa lebih dari jadwal yang telah ditentukan, mengingat adanya imunisasi poliomassal. Namun jumlah yang berlebihan ini tak akan berdampak buruk. Ingat, takada istilah overdosis dalam imunisasi!

* Usia Pemberian:
Saat lahir (0 bulan), dan berikutnya di usia 2, 4, 6 bulan. Dilanjutkan padausia 18 bulan dan 5 tahun. Kecuali saat lahir, pemberian vaksin polio selaludibarengi dengan vaksin DTP.

* Cara Pemberian:
Bisa lewat suntikan (Inactivated Poliomyelitis Vaccine/IPV), atau lewat mulut(Oral Poliomyelitis Vaccine/OPV). Di tanah air, yang digunakan adalah OPV.

* Efek Samping:
Hampir tak ada. Hanya sebagian kecil saja yang mengalami pusing, diare ringan,dan sakit otot. Kasusnya pun sangat jarang.

* Tingkat Kekebalan:
Dapat mencekal hingga 90%.

* Indikasi Kontra:
Tak dapat diberikan pada anak yang menderita penyakit akut atau demam tinggi(di atas 380C); muntah atau diare; penyakit kanker atau keganasan; HIV/AIDS;sedang menjalani pengobatan steroid dan pengobatan radiasi umum; serta anakdengan mekanisme kekebalan terganggu.


4. Imunisasi DTP
Dengan pemberian imunisasi DTP, diharapkan penyakit difteri, tetanus, danpertusis, menyingkir jauh dari tubuh si kecil. Kekebalan segera muncul seusaidiimunisasi.

* Usia & Jumlah Pemberian:
Sebanyak 5 kali; 3 kali di usia bayi (2, 4, 6 bulan), 1 kali di usia 18 bulan,dan 1 kali di usia 5 tahun. Selanjutnya di usia 12 tahun, diberikan imunisasiTT

* Efek Samping:
Umumnya muncul demam yang dapat diatasi dengan obat penurun panas. Jikademamnya tinggi dan tak kunjung reda setelah 2 hari, segera bawa si kecil kedokter. Namun jika demam tak muncul, bukan berarti imunisasinya gagal, bisasaja karena kualitas vaksinnya jelek, misal.

Untuk anak yang memiliki riwayat kejang demam, imunisasi DTPtetap aman. Kejang demam tak membahayakan, karena si kecil mengalami kejanghanya ketika demam dan tak akan mengalami kejang lagi setelah demamnya hilang.Jikapun orangtua tetap khawatir, si kecil dapat diberikan vaksin DTP asesularyang tak menimbulkan demam. Kalaupun terjadi demam, umumnya sangat ringan,hanya sekadar sumeng.
* Indikasi Kontra:
Tak dapat diberikan kepada mereka yang kejangnya disebabkan suatu penyakitseperti epilepsi, menderita kelainan saraf yang betul-betul berat atau habisdirawat karena infeksi otak, dan yang alergi terhadap DTP. Mereka hanya bolehmenerima vaksin DT tanpa P karena antigen P inilah yang menyebabkan panas.
Penyakit DTP yang BERBAHAYA

1. Difteri
Penyakit yang disebabkan kuman Corynebacterium diphtheriae ini, gejalanya miripradang tenggorokan, yaitu batuk, suara serak, dan tenggorokan sakit. Namun,difteri tak disertai panas sebagaimana yang terjadi pada radang tenggorokan.Gejala lain difteri adalah kesulitan bernapas (leher seperti tercekik dan napasberbunyi), sehingga wajah dan tubuh membiru, serta adanya lapisan putih padalidah dan bibir.

Bakteri penyebab difteri ditularkan saat batuk, bersin, ataukala berbicara. Masa inkubasinya 1-6 hari. Penderita harus mendapatkanperawatan di rumah sakit dalam waktu cukup lama, sekitar 2-3 minggu, dan baruboleh pulang setelah penyakitnya benar-benar hilang 100%. Soalnya, difteri bisakambuh lagi kalau belum betul-betul sembuh.
2. Tetanus
Disebabkan oleh bakteri Clostridium Tetani, penyakit ini berisiko menyebabkankematian. Infeksi tetanus bisa terjadi karena luka, sekecil apa pun luka itu.Tetanus rawan menyerang bayi baru lahir, biasanya karena tindakan atauperawatan yang tidak steril.

Gejala-gejala yang tampak antara lain kejang otot rahang,rasa sakit dan kaku di leher, bahu atau punggung. Kejang-kejang secara cepatmerambat ke otot perut, lengan atas dan paha. Pengobatan dilakukan denganpemberian antibiotik untuk mematikan kuman, antikejang untuk merilekskanotot-otot, dan antitetanus untuk menetralisir toksinnya.
3. Pertusis
Disebut juga kinghoest, batuk rejan, atau batuk 100 hari lantaran batuknyamemang berlangsung lama, bisa sampai 3 bulan. Penyakit ini mudah sekali menularmelalui udara yang mengandung bakteri Bordetella pertussis. Masa inkubasinya6-20 hari.

Gejala awalnya seperti flu biasa, yaitu demam ringan, batuk,dan pilek, yang berlangsung selama 1-2 minggu. Kemudian, gejala batuknya mulainyata dan kuat, batuk panjang secara terus-menerus yang berbeda dengan batukbiasa. Tak jarang, karena kuatnya batuk ini, anak bisa sampaimenungging-nungging, muntah-muntah, mata merah, berair, dan napasnya susah.Gejalanya sangat berat. Bahkan beberapa penderita bisa mengalami perdarahan.Setelah 2-4 minggu berlalu, batuk mulai berkurang dan kondisi anak mulai pulih.
Penderita akan diberi obat antibiotik untuk mematikan kuman,dan obat untuk mengurangi/menghentikan batuknya. Istirahat yang cukup, banyakminum, dan konsumsi makanan bergizi akan membantu mempercepat kesembuhan.
5. Imunisasi Campak
Sebenarnya, bayi sudah mendapat kekebalan campak dari ibunya. Namun seiringbertambahnya usia, antibodi dari ibunya semakin menurun sehingga butuh antiboditambahan lewat pemberian vaksin campak. Apalagi penyakit campak mudah menular,dan mereka yang daya tahan tubuhnya lemah gampang sekali terserang penyakityang disebabkan virus Morbili ini. Untungnya, campak hanya diderita sekaliseumur hidup. Jadi, sekali terkena campak, setelah itu biasanya tak akan terkenalagi.

Penularan campak terjadi lewat udara atau butiran halus airludah (droplet) penderita yang terhirup melalui hidung atau mulut. Pada masainkubasi yang berlangsung sekitar 10-12 hari, gejalanya sulit dideteksi.Setelah itu barulah muncul gejala flu (batuk, pilek, demam), matakemerah-merahan dan berair, si kecil pun merasa silau saat melihat cahaya.Kemudian, di sebelah dalam mulut muncul bintik-bintik putih yang akan bertahan3-4 hari. Beberapa anak juga mengalami diare.
Satu-dua hari kemudian timbul demam tinggi yang turun naik,berkisar 38-40,5°C. Seiring dengan itu, barulah keluar bercak-bercak merah yangmerupakan ciri khas penyakit ini. Ukurannya tidak terlalu besar, tapi juga takterlalu kecil. Awalnya hanya muncul di beberapa bagian tubuh saja sepertikuping, leher, dada, muka, tangan dan kaki. Dalam waktu 1 minggu, bercak-bercakmerah ini akan memenuhi seluruh tubuh. Namun bila daya tahan tubuhnya baik,bercak-bercak merah ini hanya di beberapa bagian tubuh saja dan tidak banyak.
Jika bercak merah sudah keluar, umumnya demam akan turundengan sendirinya. Bercak merah pun akan berubah jadi kehitaman dan bersisik,disebut hiperpigmentasi. Pada akhirnya bercak akan mengelupas atau rontok atausembuh dengan sendirinya. Umumnya, dibutuhkan waktu hingga 2 minggu sampai anaksembuh benar dari sisa-sisa campak. Dalam kondisi ini, tetaplah meminum obatyang sudah diberikan dokter. Jaga stamina dan konsumsi makanan bergizi.Pengobatannya bersifat simptomatis, yaitu mengobati berdasarkan gejala yang muncul.Hingga saat ini, belum ditemukan obat yang efektif mengatasi virus campak.
Jika tak ditangani dengan baik campak bisa sangat berbahaya.Bisa terjadi komplikasi, terutama pada campak yang berat. Ciri-ciri campakberat, selain bercaknya di sekujur tubuh, gejalanya tidak membaik setelahdiobati 1-2 hari. Komplikasi yang terjadi biasanya berupa radang paru-paru(broncho pneumonia) dan radang otak (ensefalitis). Komplikasi inilah yangumumnya paling sering menimbulkan kematian pada anak.
Usia & Jumlah Pemberian:
Sebanyak 2 kali; 1 kali di usia 9 bulan, 1 kali di usia 6 tahun. Dianjurkan,pemberian campak ke-1 sesuai jadwal. Selain karena antibodi dari ibu sudahmenurun di usia 9 bulan, penyakit campak umumnya menyerang anak usia balita.Jika sampai 12 bulan belum mendapatkan imunisasi campak, maka pada usia 12bulan harus diimunisasi MMR (Measles Mumps Rubella).

Efek Samping:
Umumnya tidak ada. Pada beberapa anak, bisa menyebabkan demam dan diare, namunkasusnya sangat kecil. Biasanya demam berlangsung seminggu. Kadang jugaterdapat efek kemerahan mirip campak selama 3 hari.


0 komentar:

Posting Komentar

 

Download Templates